Tentang Manusia
Sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan
dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau
tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah
kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari
mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah
bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan
achkirat nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
- Jasmani.
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah. - Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja. - Jiwa. (An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur: - Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
- Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
- Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga:
- Akal (timbangan) haq atau bathil
- Pikir (hitungan) Untung rugi
- Zikir (ingatan) Ingat Allah
Keindahan atau keelokan
merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan
yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan
sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi
sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas
yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan
dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman
"keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang
dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan
ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering
dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya.
Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di jam (waktu) yang sepatutnya.
Sebuah
buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang
wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua
mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa
Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia
matang.
A. Hakekat Keindahan
Keindahan
adalah susunlah kualitas atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu
hal kulitas yang paling disebut adalah kesatuan (unity) keselarasan
(harmony) kesetangkupan (symmetry) keseimbangan (balance) dan
pertentangan (contrast).
Herbet
Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan
bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas
Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
a. Menurut The Liang Gie keindahan adalah ide kebaikan
b. Menurut Pluto watak yang indah dan hukum yang indah
c. Menurut Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
2. Keindahan dalam arti estetik murni
Yaitu pengalaman estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas
Yaitu yang menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna
Cinta
sangat kuat sekali dalam membangkitkan daya kreativitas para seniman
unutk menciptakan keindahan bagi para seniman untuk menciptakan
keindahan bagi para seniman kreativitas itu hipotesisnya abstrak.
Seperti yang dikemukakan oleh Keatas keindahan adalah konsep yang baru
dapat berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Konsep itu sendiri abstrak
dan kabur dia ada akan tetapi tidak dapat berbicara dengan seniman
sebelum ada imajinasi yang menghubungkan seniman itu dengan konsepnya
sendiri setelah konsepnya terbentuk, barulah konsep keindahan seniman
berdialog dengan pembaca, seperti gesang pada waktu bermain-main di
Bangawan Solo ia heran sungai yang airnya tak seberapa itu pada waktu
banjir sangat mengerikan orang yang melihatnya ia merenung ia memperoleh
konsep keindahan setelah konsep itu diberi bentuk ialah lagu “Bengawan Solo” maka barulah dapat berkomunikasi
Dalam
proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan
keindahan menurut Koats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut ketidak
tentuan, misterius (negative capability), justru seniman yang tidak
memiliki kemampuan negative tidak mampu menciptakan keindahan, kemampuan
negative ini identik dengan proses mencari (ialah mencari keindahan)
karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah
diciptakannya.
Keindahan
adalah identik dengan kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu
abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah yang tidak
mengandung kebenaran tidak indah.
Ada dua nilai terpenting dalam keindahan
1. Nilai
ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk
sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
2. Nilai
intrinsik adalah sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang
merupakan tujuan dari sifat baik tersebut, contohnya pesan yang akan
disampaikan dalam suatu tarian.
Demikian
banyaknya hasil seni budaya dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik
dan pendekatan intrinsik melalui proses penghayatan kita dapat
mengetahui alasan mereka atau seniman menciptakan keindahan melalui
hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia menciptakan
berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan nelayan,
petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia ingin
mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena
kelak apabila teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu
akan lain bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada masyarakat
bahwa keindahan itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan yang
menggemari keindahan itu bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di
masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani yang setiap hari berjuang
demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
Teori
estetika keindahan adalah Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts
of Art” dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu subjektif adanya yakni karena
manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya
sendiri. Barangkali pernah juga kita dengar pepatah “Des Gustibus Non
Est Disputandum” selera keindahan tak bisa diperdebatkan.
2. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan objektif adanya, yakni karena
keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek,
artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat
hijau.
3. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang
subjektif dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru ada
apabila terjadi pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi. Ada
tiga hal yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu
indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta
kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai
hukum keindahan.
H.
C Wyatt meneliti alasan-alasan yang biasa diberikan orang apabila
mereka mengatakan sesuatu itu indah, dan ia menemukan bahwa banyak
sekali orang menganggap sesuatu itu indah karena menyebabkan ia
bersosialisasi pada suatu yang pernah mengharukannya dahulu,
harapan-harapannya dan seterusnya. Ia menganggap alasan-alasan ini
sebagai alasan-alasan non estetik.
B. Kontemplasi
Kontemplasi
adalah suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan
mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat
suatu hasil penciptaan. Dalam kehidupan sehari-hari orang mungkin
berkontemplasi dengan dirinya sendiri atau mungkin juga dengan
benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan tertentu
berkenaan dengan dirinya atau di luar dirinya.
Di
kalangan umum kontemplasi diartikan sebagai aktivitas melihat dengan
mata atau dengan pikiran untuk mencari suatu dibalik yang tampak atau
tersurat misalnya, dalam ekspresi : seseorang sedang berkontemplasi
dengan bayang-bayang atau dirinya dimuka cermin.
Seorang
filosuf bernama Jac Ques Maritain mengatakan bahwa seni itu memberi
kesempatan yang mustahil kepada manusia untuk berpacu dengan
kontemplasi, yang akan menghasilkan suatu kegembiraan spiritual yang
malampaui batas setiap jenis kegembiraan yang lain.
C. Kontemplasi dan Cipta Seni
Persepsi
dan pemahaman terhadap hasil karya seni dan gejala-gejala alami serta
kehidupan di dunia ini pada tingkat kebermaknaannya yang tinggi dapat
dicapai melalui idealisme dan pemikiran yang tajam dan mendalam, bagi
kesempurnaan hidup tata jasmani dan rohani manusia. Gejala-gejala alami
yakni alam dengan seluruh isi dan gerakannya yang nampaknya biasa-biasa
saja itu sebenarnya mengandung implikasi kelanjutan, akibat-akibat dan
kegunaan yang penuh misteri bagi manusia yang selagi hidup menjadi
penentu pemecahannya.
Manusia
menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala
alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi
berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh
kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini
menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara
atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.
Karya
seni tercipta, terkandung dan terlahir karena kontemplasi
penghayatannya memerlukan disebabkan dalamnya atau keseluruhannya lebih
banyak bersifat simbolik.
D. Keserasian
Keserasian
merupakan bagian atau yang dapat mewujudkan keindahan. Keserasian
mengandung unsur pengertian perpaduan , pertentangan, ukuran dan
seimbang.
Perpaduan misalnya : orang berpakaian antara kulit dan warna yang dipakai harus cocok.
Contoh
yang menunjukkan unsur ukuran-ukuran yang seimbang atau tidak
seimbang/serasi, misalnya dalam memadu rumah dari halaman akan kelihatan
serasi dan indah apabila rumah yang bagus dengan halamannya yang luas
dan ditata dengan bunga-bunga yang indah maka orang akan memuji
keserasian itu.
Lagu
atau nyanyian-nyanyian merupakan unsur pertentangan antara suara
tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-halus yang terpadu begitu rupa
sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati kita pun merasa
puas, tetapi apabila dalam keasyikan itu tiba-tiba terdengar suara yang
sumbang kita pun tentunya akan merasa kecewa dalam hal lagu irama yang
indah merupakan pertentangan yang serasi
E. Kehalusan
Kehalusan
dalam pengertian keindahan bagi manusia dimaksudkan sebagai sikap
lembut dalam menghadapi orang lain, lembut dalam mengucapkan kata-kata,
lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Hal
ini berarti menyangkut kesopanan dan atau keadaban dari sikap manusia
dalam pergaulannya baik dalam masyarakat kecil mapun dalam masyarakat
luas.
Sikap
halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih
sesama, sebab itu orang bersikap halus atau lembut biasanya suka
menolong orang lain, sikap lembut merupakan perwujudan dari sifat-sifat
ramah, sopan dan sederhana dalam pergaulan sikap halus yang dimiliki
oleh orang yang rendah hati karena orang bersikap rendah hati adalah
orang yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong,
tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan
Unsur-unsur atau bagian yang dapat melahirkan sikap halus atau kasar adalah :
a. Anggota Badan
Menurut
Alex Gunur dalam bukunya yang berjudul “Etika” menjelaskan bahwa
anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan atau kasar ialah kaki,
tangan, kepala, bahu, mulut, bibir, mata, roman muka orang yang
kesadaran etisnya tinggi sikap-sikap kakinya dikendalikan sebaik-baiknya
untuk tidak mengganggu atau merugikan orang lain.
b. Bahasa
Tentang
perkataan Alex Gunur menjelaskan bahwa perkataan yang tersusun dalam
kalimat-kalimat adalah merupakan ungkapan atau gambaran isi hati, maksud
keingainan, pendapat/buah pikiran atau sikap kita terhadap orang lain.
Orang
yang kesadaran etisnya tinggi bisa memilih kata-kata yang sopan dan
penyusunannya juga teratur serta pandai mengatur dan mengendalikan nada
irama atau alun suara dalam mengungkapkan isi hati, keinginan atau buah
pikiran.
c. Bagian-Bagian Rohaniah
Ada tiga unsur rohaniah yang melahirkan sikap, yakni :
§ Pikiran
Dengan
pikiran manusia dapat menciptakan pengetahuan, gagasan, pendapat, ide,
daya upaya atau akal, teori, pertimbangan, renungan, kesadaran,
kebijakan dan sebagainya. Semua itu dapat melahirkan sikap seperti ingin
tahu, sikap mengerti, sikap sadar, sikap rasional, apa yang terkandung
dalam pikiran dan melahirkan sikap tertentu, misalnya orang yang sedang
kusut pikirannya akan tampak pada roman muka yang murung.
§ Perasaan
Perasaan
mempunyai sifat yang sangat peka dalam menghadapi masalah-masalah hidup
yang timbul dalam hubungan pergaulan antara manusia, sebab itu perasaan
perlu dikendalikan dengan baik.
§ Kemauan
Dengan
unsur kemauan manusia dapat menentukan pilihan berbuat atau tidak
berbuat sesuatu, berbuat baik atau berbuat tidak baik. Kemauan baik
sifatnya luhur dan tidak merugikan orang lain, sebaliknya kemauan buruk
akan merugikan orang lain dan dapat menyusahkan diri sendiri amupun
orang lain, baik yang menyangkut jiwa, jasmani maupun material, selain
itu juga ada kemauan keras, kemauan lunak dan kemauan lemah.
F. Permainan
Kita
sudah sering mendengar kota “Homo Ludens” atau manusia bermain. Istilah
ini tidak dimaksudkan untuk membedakan antara manusia dengan binatang,
namun demikian memang permainan ini merupakan suatu kategori seni dari
aktivitas manusia.
J. Hulzinga dalam usahanya untuk mempelajari Homo Ludens ini menyatakan beberapa ciri utamanya dari permainan, yakni :
§ Permainan
adalah suatu kategori, demikianlah kita tidak bisa berkata bahwa
permainan itu buruk atau baik. Indah atau tidak indah. Artinya
dibandingkan dengan kegiatan manusia yang lain seperti bekerja.
§ Inti dari sekedar aktivitas biologis, logis ataupun estetis.
§ Sebagai
kegiatan manusia bersifat suka rela yang penting adalah kesukacitaan
pada waktu melakukannya, ia bukan suatu hal yang biasa, artinya punya
kaidah-kaidah sendiriserta ia bersifat non serius.
Semula
dikira bahwa permainan hanyalah pada anak-anak saja dan ia terutama
berfungsi sebagai latihan untuk menghadapi hidup yang berat untuk
melatih otot-ototnya, melatih panca inderanya, melatih inteleknya,
kemauannya maupun emosionalnya disamping itu ada pula yang mengatakan
bahwa permainan adalah usaha mahasiswa untuk membebaskan diri dari
keseharian yang membosankan ia merupakan variasi dari hidupnya.
G. Khayalan
George
Steiner pernah sekali menyatakan bahwa fantasi kita adalah benteng
terakhir profesi kita, sekalipun tak bisa dielakkan bahwa kemampuan
setiap orang untuk berfantasi itu terbatas serta terbentuk
(terpengaruhi) pula oleh kebudayaannya, namun dalam berfantasi relatif
seseorang lebih bebas.
Dunia
khayal adalah dunia kedua kita, ia pun nyata atau signifikan baik
secara personal maupun secara sosial. Sigmund Freud mencoba menjelaskan
perlunya khayalan ini sebagai pengganti dari hal-hal yang tidak tercapai
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
Bertrand Russel, khayalan sebagai dunia tersendiri. Memiliki
hukum-hukum tersendiri yang disebut sebagai hukum-hukum mental.
Khayalan
menjadi sumber kreativitas anak-anak dilatih untuk berkhayal, sebab
kemampuan berkhayal ini diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan mereka
nanti. Baik sebagai dokter, maupun sebagai supir.
Martin
Scenerer mengembangkan “ilmu jiwa pengenalan” ia berpendapat bahwa
aktivitas kejiwaan manusia itu sungguh-sungguh tergantung pada persepsi
yang dimaksud persepsi di sini adalah pemberian arti dari
sensasi-sensasi (kelompok rangsangan), persepsi yang salah akan
menimbulkan pengertian yang salah.
Ada
pula kesalahan persepsi yang lain, yaitu yang biasa kita sebut sebagai
halusinasi, yakni suatu aktivitas khayalan yang disebabkan oleh suatu
rangsangan namun sama sekali tidk membentuk pengertian yang persis dari
rangsangan tersebut. Misalnya pada waktu melihat pakaian bergerak
dimalam hari dan kita pikir itu setan dan sering kali ini membawa menuju
kepada pengertian yang keliru tentang khayalan seolah-olah khayalan
merupakan kekeliruan tanggapan.
For Sumber bisa di cek di sini all :http://romandar.multiply.com/journal/item/1/Manusia_dan_Keindahan?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Thanks For visiting my blog..
see yaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar