Sabtu, 18 Oktober 2014

Melihat Indonesia


Pada tanggal 31 Juli 2014 atau lebaran idul fitri di hari ke-4 perjalanan yang jauh dan penuh tantangan akan segera di mulai, ini adalah hari yang di nanti setelah sekian lama gue menabung mengumpulkan uang. Kita mulai start dari depan kantor wali kota Jakarta timur pukul 08.00 WIB dengan menggunakan 2 bus bersama sekitar 120 orang, hal hasil bagasi bus ga mampu untuk menyimpan carriel anak2, dan pintu belakang bus di kunci lalu di matiin untuk menyimpan carriel atau barang bawaan anak2 yang menggunung, jadi untuk akses keluar masuk melalui pintu depan. disini gue merasa sangat asing karena mayoritas orang2 belum ada yang gue kenal, tapi di dalam bus suasana sangat cair dan disini pula awal ke akraban kita di mulai sebelum menuju puncak gunung rinjani yang dimana adalah tujuan utama kita.



Bus yang di gunakan cukup nyaman karena di fasilitasi dengan TV dan full AC, bus berjalan cukup cepat, sekitar perjalanan 3 jam kita istirahat di daerah pantura, cikampek. Perjalanan kami sempat tersendat ketika berada di pemalang karena disana ada jembatan comal yang runtuh, ga bisa di hindari macet panjangpun harus kami lalui dan disana dibuat system buka tutup. Setelah melewati macet panjang, perjalanan kami lanjutkan kembali dan ketika kami berada di gersik jawa timur, hambatan kembali menghampiri kami. Disana jalanan banyak yang diportal sehingga kendaraan besar ga ada yang bisa lewat, lalu kita mencari jalan dan muter-muter agar bus yang besar ini bisa lewat.



Keesokan harinya kita berada di pelabuhan ketapang, banyuwangi jawa timur. Atau ujungnya pulau jawa, lalu kita bergegas naik kapal ferry untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk, bali. Sejauh mata memandang pulau bali sangat terlihat jelas dari banyuwangi, dan ga sampai 30 menit kita sudah menginjakan kaki di bali. Perjalanan masih panjang, sekitar 3 jam kita mengelilingi bali akhir nya sampai di pelabuhan padang bai, lalu kita kembali naik kapal ferry. Sekitar 4 jam perjalanan di laut, kita telah sampai di pelabuhan lembar, Lombok NTB.



Perjalanan berangkat dari Jakarta – Lombok memakan waktu 3hari 2malam. Setelah tiba di Lombok, kita menuju home stay yang terletak di selong, Lombok timur untuk Mandi, makan, packing dll. Mobil help ¾ yg sudah di modifikasi untuk para pendaki telah menunggu kami di depan gerbang home stay. Setelah peralatan udah di siapkan, semua carriel di naikan di atas mobil tersebut, dan petualangan sesungguhnya dimulai dari gue yang duduk di atas atap mobil. Lombok sangat cantik dengan alam dan budayanya, itu terlihat selama kita menuju perjalanan pintu gerbang sembalum (gunung rinjani). Sekitar memakan waktu 2 jam dengan menggunakan mobil help ¾, akhirnya kita sampai di depan pintu gerbang sembalun.



Ketika rekan-rekan sudah berkumpul, kita bersama-sama berdoa agar diberikan keselamatan selama mendaki. Pendakian yang sebelumnya sudah gue pikirkan bakal panjang dan melelahkan sudah di mulai. Kaki yang akan melangkah lebih jauh berawal dari pemukiman warga dan sawah-sawah yang membentang luas. Carriel dengan berat sekitar 30kg mulai terasa dengan menelusuri jalur yang panjang dan terus menanjak. Kata-kata memotifikasi atau penyemangat sesama pendaki sering terucap.



Baju dan celana basah kuyup dipenuhi keringat di sepanjang perjalanan menuju pos 3 yang memakan waktu kurang lebih 6 jam. Haripun mulai gelap, di pos 3 kami mendirikan tenda untuk istirahat. Malam itu sangat indah, kebetulan cuaca lagi cerah, gue melihat bintang2 terasa sangat dekat di depan mata.



Keesokan harinya kami bangun pagi untuk sarapan agar tenaga lebih kuat, karena perjalanan masih jauh, katanya si ini belum ada setengahnya. Setelah packing dan merapihkan tenda, perjalanan yang lebih ekstrime harus di lalui. Dari pos 3 kami bersiap menuju plawangan, track kali ini lebih menanjak, orang menyebutnya ini adalah 7 bukit penyesalan. Memang benar si, satu bukit udah di daki, masih ada bukit lagi yang harus gue daki dan itu terus menerus sebanyak 7x. tapi itu semua ga membuat kita menyerah begitu saja walaupun di selimuti teriknya sinar matahari dan debu-debu yang tebal. Gue ga boleh tergoda oleh Sejuknya udara di bawah pohon yang bisa membuat lupa akan tujuan yang di rencanakan sejak awal. Anggaplah Carril yang berat ini adalah sebagian dosa kecil gue yang harus tetap gue bawa walaupun sambil berjalan pelan-pelan.



Pendakian selama 6 jam telah di lewati, dan tiba di plawangan. Disana kami mendirikan tenda lagi untuk istirahat. Banyak monyet2 liar disana yang mencari makanan dari para pendaki, sepertinya monyet2 itu sudah akrab dengan manusia. Hari mulai gelap, kita di wajibkan tidur karena tengah malamnya harus bangun untuk pendakian yang sesungguhnya (summit).



Sekitar pukul 02.00 WITA kita semua bangun untuk summit, sebelum berangkat kita berdoa bersama dan mempersiapkan kebutuhan seperlunya untuk di perjalanan. Ada beberapa orang yang ga ikut summit karena cedera atau factor kesehatan, mereka juga sekalian  menjaga barang-barang yang di dalam tenda agar ga di acak-acak oleh monyet2 liar.



Di tengah kegelapan yang sangat dingin hingga ingus keluar terus dari hidung, serta angin cukup kencang hanya di sinari dengan senter kecil selama pendakian. Semakin ke atas tanah yang di injak semakin sulit untuk di pijak oleh kaki, itu sangat menguras tenaga kami. Tak jarang kita beristirahat di jalur pendakian, madu dan coklat pun sering di dalam mulut untuk menambah tenaga. Tapi kita ga boleh terlalu lama istirahat di jalur, karena kalo semakin lama berhenti akan semakin dingin suhu tubuh kita, dan jika parah bisa Hipo.



Target sampai puncak jam 05.00 pun tidak kesampean, setelah gw berhenti dan menoleh ke belakang, pemandangan yang sangat indah sedang gue saksikan. Gue seperti di atas awan dengan di hiasi garis merah pertanda matahari mau terbit, dan moment yang dasyat ini harus gw abadikan melalui kamera. Setelah foto2 perjalanan gue lanjutkan lagi, puncak rinjani sudah terlihat namun jalurnya semakin miring yang penuh bebatuan yang mudah runtuh jika di injak oleh kaki. Gue belum sampai puncak tapi para pendaki yang bule2 udah turun aja, memang beda jauh tenaga pribumi dengan orang asing.



Akhirnya pada tanggal 04 Agustus 2014 pukul 07.45 WITA, gue berada di atas puncak Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726Mdpl. Ini adalah perjalan yang terjauh dalam hidup gue, ini seperti mimpi. Dengan mendaki kita jadi tau, selemah dan sekecil apa diri ini. Jadi sebenarnya ga ada yang perlu di sombongkan dalam hidup ini, dengan kesombongan bisa menghancurkan diri kita sendiri.



Tidak ada 30 menit di puncak, gue memutuskan untuk turun. Semakin lama semakin banyak pendaki yang sampai puncak. Luasnya puncak ga sebanding dengan jumlah pendaki yang datang, sangat berbahaya jika terlalu berdesakan, di tambah lagi dengan angin kencang di puncak. Yang penting bisa mengabadikan moment itu lewat kamera juga udah cukup.



Ketika turun gue lakukan dengan cara berlari agar ga terlalu capek menahan kaki, ga sampai 3 jam gue udah sampe tenda. Di tenda gw istirahat sebentar dan makan, ga lama kita packing lagi untuk melanjutkan perjalanan ke danau segara anak. perjalan kali ini cukup santai karena tracknya menurun. Setelah perjalanan 3 jam akhirnya sampai juga di danau sagara anak, pemandangan yang indah kembali gue jumpai, danau yang luas ini terdapat gunung barujari di bagian tengah dan di selimuti kabut tipis.



Tendapun kembali kita dirikan, Mungkin karena keindahan dan kenyamanan danau ini kita menghabiskan 2 malam disini. Banyak juga orang2 bali yang berdoa dan ritual di sekitar danau tersebut. Waktu kita lewati dengan bercanda, berenang dan memancing. Danau yang sangat kaya akan ikannya namun airnya ga bisa di minum, untuk mengambil air minum harus berjalan lagi 20 menit. malam hari kita bakar2 ikan dengan peralatan seadanya, maklum laah di hutan. Di sekitar danau segara anak juga terdapat pemandian air panas dan  goa susu.



2 malam telah di lewati, pagi harinya kita packing kembali. ga terasa danau yang sangat indah ini harus di tinggalkan. Kalo waktu berangkat kita lewat jalur sembalun, kini kita pulang lewat jalur senaru. Selangkah demi langkah kita meninggalkan gunung rinjani, awal perjalanan kita di sambut dengan tanjakan senaru yang cukup exstrime. 3 jam menanjak kita tiba di puncak senaru yang amazing dengan melihat danau segara anak dari atas terlihat sangat biru airnya. Puncak senaru sempat di abadikan oleh pemerintah yang terdapat di uang 10 ribuan lama, di gambar uang tersebut terlihat jelas puncak gunung rinjani dan danau segara anak.



Dari puncak senaru katanya si butuh waktu 5 jam lagi untuk sampai di pos terakhir, padahal tracknya turun terus looh kalo dari puncak senaru. Ga perlu pikir panjang lagi, rintangan ini memang harus di lalui, dan gue sambil berlari santai melewati jalur savana yang berdebu, gersang dan panas. Sekitar 2 jam berlari gue mulai memasuki wilayah hutan yang sangat lebat dan gelap, disini gue posisi Cuma seorang diri di dalam hutan. Di setiap perjalanan gue selalu berdoa dan berdzikir agar di beri keselamatan. Di dalam hutan itu gue ga mau terkena malam soalnya batre senter gw abis, oleh karena itu gw harus lari terus, sering juga gue jatoh terus bangun lagi. Gue ga tau yang lain di depan atau di belakang gue, ga mungkin juga kan gue nunggu sendirian di dalem hutan. Suumpaaah ini hutan yang paling serem yang pernah gue masukin.



Akhirnya sampai juga di pintu gerbang terakhir jam 3 sore, gue kira udah jam 6 sore, soalnya suasana di hutan cukup gelap. Di pintu gerbang gue gabung sama teman2 yang udah sampai duluan untuk beristirahat di warung. Ga lama beristirahat gue langsung cari mushola untuk sholat dan sujud syukur atas keselamatan gue, soalnya waktu di hutan gue udah nazar dari dalam hati akan sujud syukur jika di beri keselamatan. Di saat itu gue seperti merasakan pertolongan Allah secara langsung.



Pendakian gunung rinjani sudah selesai dan berjalan sukses, suatu pengalaman berharga banget buat gue. Menurut gue setiap naik gunung itu seperti seminar, banyak pelajaran yang bisa gue ambil dari sini. Semoga kita selalu menjaga alam agar tetap asri. Mulailah dari hal yang paling kecil yaitu buang sampah pada tempatnya. Sebenarnya rinjani ga butuh kita, tanpa kitapun rinjani akan tetap ada, cukup jaga dan lindungi rinjani agar bisa di nikmati anak2 cucu kita kelak.



Di malam itu juga kami langsung bergegas naik bus untuk menuju Gili Trawangan, Lombok. Sekitar 5 jam perjalanan naik bus dari kaki gunung rinjani kami sampai di pelabuhan bangsal, dengan kondisi badan yang pada pegal, cepek dan ngantuk, itu semua kalah dengan kebersamaan dan keceriaan kita semua. Setibanya di pelabuhan bangsal kita langsung naik perahu kecil yang sudah tersedia disana, cukup memakan waktu 20 menit kita sudah sampai di Gili Trawangan. Sungguh pulau yang indah dan bersih, disana tidak ada kendaraan bermesin, yang ada hanya sepeda dan delman. Mayoritas orang-orang disana adalah wisatawan asing, orang pribumi hanya pedagang.



Setelah menghabiskan waktu di Gili Trawangan, perjalanan kita ga sampai disini aja. Masih ada Pulau Bali yang harus di kunjungi untuk Fun Rafting. Satu perahu karet berisi 7 orang termasuk guide, sungai yang kita lalui  jalurnya cukup panjang. Sesekali kita beristirahat di warung pinggir sungai yang sudah tersedia untuk minum es kelapa. Sekitar 2 jam mendayung di sungai akhirnya sampai juga di pos terakhir. Saat itu kita segera mandi lalu sarapan untuk melanjutkan perjalanan ke pasar sukowati buat beli oleh-oleh.



Sudah hampir 2 minggu gue meninggalkan rumah. Satu arah menuju pulang, kita mampir lagi di Mallioboro, Jogyakarta. Menikmati suasana malam di angkringan jogya dengan lantunan musik Dari musisi jalanan terasa sangat lengkap perjalanan ini.



Terima kasih buat semua yang sudah terlibat dalam trip ini. Ini semua bukan hanya tentang perjalanan jauh, tapi panggilam jiwa. Ternyata Indonesia punya banyak keindahan dan kekayaan yang tak ternilai harganya, dan gue banggga banget jadi anak Indonesia. Gue ga tau apa yang sedang gue rasakan, tapi setelah melewati setiap rintangan, semua jawaban ada disini. Kerikil-kerikil kecil yang menghadang berhasil kita lalui bersama. Kekurangan dan kelebihan dari setiap individu pasti ada, namun yang terpenting kita sudah sampai kerumah masing-masing dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar