Pada tanggal 31 Juli 2014 atau lebaran idul fitri di hari
ke-4 perjalanan yang jauh dan penuh tantangan akan segera di mulai, ini adalah
hari yang di nanti setelah sekian lama gue menabung mengumpulkan uang. Kita
mulai start dari depan kantor wali kota Jakarta timur pukul 08.00 WIB dengan
menggunakan 2 bus bersama sekitar 120 orang, hal hasil bagasi bus ga mampu
untuk menyimpan carriel anak2, dan pintu belakang bus di kunci lalu di matiin
untuk menyimpan carriel atau barang bawaan anak2 yang menggunung, jadi untuk
akses keluar masuk melalui pintu depan. disini gue merasa sangat asing karena
mayoritas orang2 belum ada yang gue kenal, tapi di dalam bus suasana sangat
cair dan disini pula awal ke akraban kita di mulai sebelum menuju puncak gunung
rinjani yang dimana adalah tujuan utama kita.
Bus yang di gunakan cukup nyaman karena di fasilitasi dengan
TV dan full AC, bus berjalan cukup cepat, sekitar perjalanan 3 jam kita
istirahat di daerah pantura, cikampek. Perjalanan kami sempat tersendat ketika
berada di pemalang karena disana ada jembatan comal yang runtuh, ga bisa di
hindari macet panjangpun harus kami lalui dan disana dibuat system buka tutup. Setelah
melewati macet panjang, perjalanan kami lanjutkan kembali dan ketika kami
berada di gersik jawa timur, hambatan kembali menghampiri kami. Disana jalanan
banyak yang diportal sehingga kendaraan besar ga ada yang bisa lewat, lalu kita
mencari jalan dan muter-muter agar bus yang besar ini bisa lewat.
Keesokan harinya kita berada di pelabuhan ketapang,
banyuwangi jawa timur. Atau ujungnya pulau jawa, lalu kita bergegas naik kapal ferry
untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk, bali. Sejauh mata memandang pulau bali
sangat terlihat jelas dari banyuwangi, dan ga sampai 30 menit kita sudah
menginjakan kaki di bali. Perjalanan masih panjang, sekitar 3 jam kita
mengelilingi bali akhir nya sampai di pelabuhan padang bai, lalu kita kembali
naik kapal ferry. Sekitar 4 jam perjalanan di laut, kita telah sampai di
pelabuhan lembar, Lombok NTB.
Perjalanan berangkat dari Jakarta – Lombok memakan waktu
3hari 2malam. Setelah tiba di Lombok, kita menuju home stay yang terletak di
selong, Lombok timur untuk Mandi, makan, packing dll. Mobil help ¾ yg sudah di
modifikasi untuk para pendaki telah menunggu kami di depan gerbang home stay.
Setelah peralatan udah di siapkan, semua carriel di naikan di atas mobil
tersebut, dan petualangan sesungguhnya dimulai dari gue yang duduk di atas atap
mobil. Lombok sangat cantik dengan alam dan budayanya, itu terlihat selama kita
menuju perjalanan pintu gerbang sembalum (gunung rinjani). Sekitar memakan
waktu 2 jam dengan menggunakan mobil help ¾, akhirnya kita sampai di depan
pintu gerbang sembalun.
Ketika rekan-rekan sudah berkumpul, kita bersama-sama berdoa
agar diberikan keselamatan selama mendaki. Pendakian yang sebelumnya sudah gue
pikirkan bakal panjang dan melelahkan sudah di mulai. Kaki yang akan melangkah
lebih jauh berawal dari pemukiman warga dan sawah-sawah yang membentang luas.
Carriel dengan berat sekitar 30kg mulai terasa dengan menelusuri jalur yang
panjang dan terus menanjak. Kata-kata memotifikasi atau penyemangat sesama
pendaki sering terucap.
Baju dan celana basah kuyup dipenuhi keringat di sepanjang
perjalanan menuju pos 3 yang memakan waktu kurang lebih 6 jam. Haripun mulai
gelap, di pos 3 kami mendirikan tenda untuk istirahat. Malam itu sangat indah,
kebetulan cuaca lagi cerah, gue melihat bintang2 terasa sangat dekat di depan
mata.
Keesokan harinya kami bangun pagi untuk sarapan agar tenaga
lebih kuat, karena perjalanan masih jauh, katanya si ini belum ada setengahnya.
Setelah packing dan merapihkan tenda, perjalanan yang lebih ekstrime harus di
lalui. Dari pos 3 kami bersiap menuju plawangan, track kali ini lebih menanjak,
orang menyebutnya ini adalah 7 bukit penyesalan. Memang benar si, satu bukit
udah di daki, masih ada bukit lagi yang harus gue daki dan itu terus menerus
sebanyak 7x. tapi itu semua ga membuat kita menyerah begitu saja walaupun di
selimuti teriknya sinar matahari dan debu-debu yang tebal. Gue ga boleh tergoda
oleh Sejuknya udara di bawah pohon yang bisa membuat lupa akan tujuan yang di
rencanakan sejak awal. Anggaplah Carril yang berat ini adalah sebagian dosa
kecil gue yang harus tetap gue bawa walaupun sambil berjalan pelan-pelan.
Pendakian selama 6 jam telah di lewati, dan tiba di
plawangan. Disana kami mendirikan tenda lagi untuk istirahat. Banyak monyet2
liar disana yang mencari makanan dari para pendaki, sepertinya monyet2 itu
sudah akrab dengan manusia. Hari mulai gelap, kita di wajibkan tidur karena
tengah malamnya harus bangun untuk pendakian yang sesungguhnya (summit).
Sekitar pukul 02.00 WITA kita semua bangun untuk summit,
sebelum berangkat kita berdoa bersama dan mempersiapkan kebutuhan seperlunya
untuk di perjalanan. Ada beberapa orang yang ga ikut summit karena cedera atau
factor kesehatan, mereka juga sekalian
menjaga barang-barang yang di dalam tenda agar ga di acak-acak oleh
monyet2 liar.
Di tengah kegelapan yang sangat dingin hingga ingus keluar
terus dari hidung, serta angin cukup kencang hanya di sinari dengan senter
kecil selama pendakian. Semakin ke atas tanah yang di injak semakin sulit untuk
di pijak oleh kaki, itu sangat menguras tenaga kami. Tak jarang kita
beristirahat di jalur pendakian, madu dan coklat pun sering di dalam mulut
untuk menambah tenaga. Tapi kita ga boleh terlalu lama istirahat di jalur,
karena kalo semakin lama berhenti akan semakin dingin suhu tubuh kita, dan jika
parah bisa Hipo.
Target sampai puncak jam 05.00 pun tidak kesampean, setelah
gw berhenti dan menoleh ke belakang, pemandangan yang sangat indah sedang gue
saksikan. Gue seperti di atas awan dengan di hiasi garis merah pertanda
matahari mau terbit, dan moment yang dasyat ini harus gw abadikan melalui
kamera. Setelah foto2 perjalanan gue lanjutkan lagi, puncak rinjani sudah
terlihat namun jalurnya semakin miring yang penuh bebatuan yang mudah runtuh
jika di injak oleh kaki. Gue belum sampai puncak tapi para pendaki yang bule2
udah turun aja, memang beda jauh tenaga pribumi dengan orang asing.
Akhirnya pada tanggal 04 Agustus 2014 pukul 07.45 WITA, gue
berada di atas puncak Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726Mdpl. Ini adalah
perjalan yang terjauh dalam hidup gue, ini seperti mimpi. Dengan mendaki kita
jadi tau, selemah dan sekecil apa diri ini. Jadi sebenarnya ga ada yang perlu
di sombongkan dalam hidup ini, dengan kesombongan bisa menghancurkan diri kita
sendiri.
Tidak ada 30 menit di puncak, gue memutuskan untuk turun.
Semakin lama semakin banyak pendaki yang sampai puncak. Luasnya puncak ga
sebanding dengan jumlah pendaki yang datang, sangat berbahaya jika terlalu berdesakan,
di tambah lagi dengan angin kencang di puncak. Yang penting bisa mengabadikan
moment itu lewat kamera juga udah cukup.
Ketika turun gue lakukan dengan cara berlari agar ga terlalu
capek menahan kaki, ga sampai 3 jam gue udah sampe tenda. Di tenda gw istirahat
sebentar dan makan, ga lama kita packing lagi untuk melanjutkan perjalanan ke
danau segara anak. perjalan kali ini cukup santai karena tracknya menurun.
Setelah perjalanan 3 jam akhirnya sampai juga di danau sagara anak, pemandangan
yang indah kembali gue jumpai, danau yang luas ini terdapat gunung barujari di
bagian tengah dan di selimuti kabut tipis.
Tendapun kembali kita dirikan, Mungkin karena keindahan dan
kenyamanan danau ini kita menghabiskan 2 malam disini. Banyak juga orang2 bali
yang berdoa dan ritual di sekitar danau tersebut. Waktu kita lewati dengan
bercanda, berenang dan memancing. Danau yang sangat kaya akan ikannya namun
airnya ga bisa di minum, untuk mengambil air minum harus berjalan lagi 20
menit. malam hari kita bakar2 ikan dengan peralatan seadanya, maklum laah di
hutan. Di sekitar danau segara anak juga terdapat pemandian air panas dan goa susu.
2 malam telah di lewati, pagi harinya kita packing kembali.
ga terasa danau yang sangat indah ini harus di tinggalkan. Kalo waktu berangkat
kita lewat jalur sembalun, kini kita pulang lewat jalur senaru. Selangkah demi
langkah kita meninggalkan gunung rinjani, awal perjalanan kita di sambut dengan
tanjakan senaru yang cukup exstrime. 3 jam menanjak kita tiba di puncak senaru
yang amazing dengan melihat danau segara anak dari atas terlihat sangat biru
airnya. Puncak senaru sempat di abadikan oleh pemerintah yang terdapat di uang
10 ribuan lama, di gambar uang tersebut terlihat jelas puncak gunung rinjani
dan danau segara anak.
Dari puncak senaru katanya si butuh waktu 5 jam lagi untuk
sampai di pos terakhir, padahal tracknya turun terus looh kalo dari puncak
senaru. Ga perlu pikir panjang lagi, rintangan ini memang harus di lalui, dan
gue sambil berlari santai melewati jalur savana yang berdebu, gersang dan
panas. Sekitar 2 jam berlari gue mulai memasuki wilayah hutan yang sangat lebat
dan gelap, disini gue posisi Cuma seorang diri di dalam hutan. Di setiap
perjalanan gue selalu berdoa dan berdzikir agar di beri keselamatan. Di dalam
hutan itu gue ga mau terkena malam soalnya batre senter gw abis, oleh karena
itu gw harus lari terus, sering juga gue jatoh terus bangun lagi. Gue ga tau
yang lain di depan atau di belakang gue, ga mungkin juga kan gue nunggu
sendirian di dalem hutan. Suumpaaah ini hutan yang paling serem yang pernah gue
masukin.
Akhirnya sampai juga di pintu gerbang terakhir jam 3 sore,
gue kira udah jam 6 sore, soalnya suasana di hutan cukup gelap. Di pintu
gerbang gue gabung sama teman2 yang udah sampai duluan untuk beristirahat di
warung. Ga lama beristirahat gue langsung cari mushola untuk sholat dan sujud
syukur atas keselamatan gue, soalnya waktu di hutan gue udah nazar dari dalam
hati akan sujud syukur jika di beri keselamatan. Di saat itu gue seperti
merasakan pertolongan Allah secara langsung.
Pendakian gunung rinjani sudah selesai dan berjalan sukses,
suatu pengalaman berharga banget buat gue. Menurut gue setiap naik gunung itu
seperti seminar, banyak pelajaran yang bisa gue ambil dari sini. Semoga kita
selalu menjaga alam agar tetap asri. Mulailah dari hal yang paling kecil yaitu
buang sampah pada tempatnya. Sebenarnya rinjani ga butuh kita, tanpa kitapun
rinjani akan tetap ada, cukup jaga dan lindungi rinjani agar bisa di nikmati
anak2 cucu kita kelak.
Di malam itu juga kami langsung bergegas naik bus untuk
menuju Gili Trawangan, Lombok. Sekitar 5 jam perjalanan naik bus dari kaki
gunung rinjani kami sampai di pelabuhan bangsal, dengan kondisi badan yang pada
pegal, cepek dan ngantuk, itu semua kalah dengan kebersamaan dan keceriaan kita
semua. Setibanya di pelabuhan bangsal kita langsung naik perahu kecil yang
sudah tersedia disana, cukup memakan waktu 20 menit kita sudah sampai di Gili
Trawangan. Sungguh pulau yang indah dan bersih, disana tidak ada kendaraan
bermesin, yang ada hanya sepeda dan delman. Mayoritas orang-orang disana adalah
wisatawan asing, orang pribumi hanya pedagang.
Setelah menghabiskan waktu di Gili Trawangan, perjalanan
kita ga sampai disini aja. Masih ada Pulau Bali yang harus di kunjungi untuk
Fun Rafting. Satu perahu karet berisi 7 orang termasuk guide, sungai yang kita
lalui jalurnya cukup panjang. Sesekali
kita beristirahat di warung pinggir sungai yang sudah tersedia untuk minum es
kelapa. Sekitar 2 jam mendayung di sungai akhirnya sampai juga di pos terakhir.
Saat itu kita segera mandi lalu sarapan untuk melanjutkan perjalanan ke pasar
sukowati buat beli oleh-oleh.
Sudah hampir 2 minggu gue meninggalkan rumah. Satu arah
menuju pulang, kita mampir lagi di Mallioboro, Jogyakarta. Menikmati suasana
malam di angkringan jogya dengan lantunan musik Dari musisi jalanan terasa
sangat lengkap perjalanan ini.
Terima kasih buat semua yang sudah terlibat dalam trip ini.
Ini semua bukan hanya tentang perjalanan jauh, tapi panggilam jiwa. Ternyata
Indonesia punya banyak keindahan dan kekayaan yang tak ternilai harganya, dan
gue banggga banget jadi anak Indonesia. Gue ga tau apa yang sedang gue rasakan,
tapi setelah melewati setiap rintangan, semua jawaban ada disini. Kerikil-kerikil
kecil yang menghadang berhasil kita lalui bersama. Kekurangan dan kelebihan
dari setiap individu pasti ada, namun yang terpenting kita sudah sampai kerumah
masing-masing dengan selamat.